Dolar sedang mahal. Atau rupiah yang memang melemah?
Banyak yang kecewa karena rezim yang sedang memerintah
negeri ini ternyata tidak memenuhi ramalan juru tenung ekonomi yang dulu
mengatakan bahwa kalau si A jadi presiden maka nilai tukar rupiah akan sekian.
Banyak juga yang memberi alasan yang menjelaskan
mengapa harga dolar menanjak. Tentu, alasan yang diberikan tidak sembarangan
alias disortir dulu supaya tidak terkesan ngeles atau seperti alasan yang
dicari-cari.
Para eksportir biasanya menyukai kenaikan harga dolar.
Apalagi kalau kontrak penjualan mereka menggunakan mata uang berwarna suram
itu. Saya sendiri pernah menjadi saksi sekaligus penikmat dari kombinasi mahalnya
nilai dolar dan arus ekspor yang bagus.
Adalah Jepara di tahun 1998. Kabupaten di Jawa Tengah
itu dikenal sebagai penghasil mebel kayu berkualitas ekspor. Dan memang, mebel
kayu adalah salah satu tiang utama penyangga perekonomian Jepara—semoga sampai sekarang
dan seterusnya. Ketika darah-daerah lain di Indonesia sengsara oleh hantaman
krisis ekonomi (kita mengenalnya dengan sebutan krismon alias krisis moneter),
Jepara justru mengalami masa kejayaan. Puluhan kontainer keluar dari Jepara
setiap hari, menuju pelabuhan peti kemas. Ratusan angkutan umum dari
daerah-daerah di sekitar Jepara setiap pagi penuh penumpang menuju Jepara. Yang
memenuhi tak lain adalah orang-orang yang—karena berbagai faktor—rela bekerja
sebagai buruh amplas atau pekerjaan-pekerjaan lain yang mengandalkan fisik di
industri mebel kayu.
Saat itu, saya tinggal di daerah lain dengan dukungan
biaya hidup yang dihasilkan dan dikirim dari Jepara. Saya bisa melihat betapa
sengsaranya masyarakat di kota tempat tinggal saya saat itu akibat krismon, dan
pada saat yang sama, merasakan betapa orang tua saya memiliki kemampuan
pembiayaan yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Itulah yang membuat saya tidak menyukai melemahnya
nilai tukar rupiah saat ini. Karena bisnis mebel di Jepara tidak lantas melambung
tinggi. Dolar mahal kok orang mebel nggak jadi kaya? Ini aneh. Aneh tapi menyebalkan.
Kalau tidak mau, ya sudahlah. Tidak usah berkeluh
kesah dolar mahal atau ponsel android dan tempe naik harga. Cuma bikin capek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
di sini boleh komen