Dua bulan
yang lalu aku mengambil keputusan yang memberiku identitas baru: milagroser.
Yup, itu sebutanku sendiri untuk diriku sendiri. Istilah
resminya—mungkin—adalah agen milagros. Well, “milagros” itu nama merk, dan sekali
ini aku tidak menutup-nutupi penulisannya dengan tanda asterisk.
Aku
menemukan nama “milagros” di facebook, menjadi nama belakang akun seorang teman.
Yang tampak intens terlihat hampir di setiap kali aku mengakses facebook adalah
seorang teman di kampung kelahiranku. (Mungkin tidak lama lagi aku pun
menggunakan “milagros” sebagai nama tengah akunku ..hahaha ….)
Akhir
September lalu aku mengambil cuti, mengunjungi kampung kelahiranku … dan
menemukan botol milagros di meja makan di rumah orang tuaku. Kutanyakan perihal
itu, kudapati jawaban bahwa bapakku yang pernah meminumnya dan berhenti dari
batuk berkepanjangan yang membuat badannya susut drastis.
(Aku ingat
pertama kali mendengar tentang batuk bapakku itu pada Agustus 2012. Saat itu
ibuku bilang sudah 3 bulan bapak batuk-batuk. Juni 2013 aku mudik dan mendapati
bapakku sudah bukan lagi seseorang berbadan gempal. Ia kurus dan terlihat tua.
Kukatakan terlihat tua karena ketika badannya masih gempal berisi banyak orang
mengatakan ia selalu terlihat lebih muda dibanding teman-teman seangkatannya.
September 2015 ketika aku mengunjunginya lagi, bapakku tampak seperti seorang
tua kurus. Tapi tidak lagi batuk-batuk.)
Katanya,
dapat milagros dari teman yang kulihat intens ‘promosi’ di facebook itu. Info
itu diperkuat oleh kakak perempuanku yang ternyata juga sudah rutin
mengkonsumsi air minum alami itu. Ia juga bilang, seorang saudara kami sudah
terdaftar sebagai agen.
Ketika
bertemu dengan si biang milagros itu, kukatakan aku tertarik. Ia orang yang
banyak kerjaan, tapi menyempatkan diri juga untuk datang menemuiku, menjelaskan
tentang milagros, tentang produk maupun bisnisnya.
Sebelumnya,
aku hanya berniat membelikan untuk bapak ibuku secara rutin. Aku hanya ingin
bersepakat dengan si agen milagros itu bahwa di hari-hari kemudian aku ingin
bisa menelponnya untuk mengirimkan milagros untuk orang tuaku, dan
pembayarannya kutransfer saja. Tapi niat itu langsung berkembang ketika ia
bilang bahwa dengan membeli 1 dus milagros (berisi 12 botol @612 ml) seharga Rp
350k aku langsung berhak untuk menjadi agen juga.
Ia juga
bilang, setelah menjadi agen, aku bisa membeli 1 dus milagros hanya dengan Rp
300k. Yup, potong Rp 50k. Aku sudah berkomitmen untuk secara rutin membelikan
air minum ajaib itu untuk kedua orang tuaku, jadi potongan segitu untuk setiap
kali pembelian pasti jauh lebih baik daripada aku tidak mengambil hakku untuk
menjadi agen pada pembelian pertamaku.
So, why
not? Hari itu, Kamis sore, 1 Oktober 2015, aku hanya berniat membeli 1 dus
dulu. Sinyal ponsel sedang lumayan bagus, jadi bisa langsung rergistrasi online
dan mengaktifkan aku milagrosku. Tapi tidak. Tidak 1 dus. Aku langsung menambah
2 dus lagi. Karena, dengan satu kartu identitas, milagros mengijinkan kita
memiliki 7 akun. Hari itu, sore itu, aku keluar modal 1,05m dan punya 3 akun
milagros. Dan aku bisa langsung mengakses virtual
office-ku.
Tiga dus di
tanganku. Satu untuk orang tuaku, satu untuk mertuaku, dan satu lagi kubawa ke
kampung tempat tinggalku.
Senin
berikutnya, 5 Oktober 2015, kuterima SMS pemberitahuan dari milagros. Akun
kedua dan ketigaku secara keseluruhan membuahkan komisi pertamaku di milagros,
sebesar Rp 90k (aslinya Rp 100k, tapi milagros menetapkan aturan potong komisi
10% untuk maintenance virtual office). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
di sini boleh komen