Apa topik utama masyarakat kita akhir-akhir ini? Begal
motor dan batu akik.
Lalu, ke mana perhatian dan pembicaraan mengenai
pelemahan KPK? Ya dikonversi ke begal motor dan batu akik itu.
Apakah begal motor adalah fenomena baru? Tidak. Polres-polres
di seantero nusantara pasti punya data kejahatan di wilayah kerja masing-masing
sejak berpuluh tahun yang lalu. Dalam data-data itu, nggak mungkin begal motor
baru ada di awal 2015 saja.
(Jadi ingat pengalaman pribadi saya di sekitar tahun
2008 atau 2009. Waktu itu bersepeda motor, berboncengan. Hanya sebuah sepeda
motor, tidak ada teman seperjalanan lain. Melewati jalur yang bukan jalur utama
dari Pasuruan ke Jember, hari sudah malam. Kami singgah di sebuah kantor
polsek, bertanya tentang situasi keamanan di jalur yang akan kami tempuh. Jawaban
petugas, mending kami singgah saja dan melanjutkan perjalanan keesokan paginya.
Apakah pertimbangannya adalah faktor keamanan? Bisa jadi. Atau faktor keselamatan
terkait kelelahan fisik kami dan kebutuhan beristirahat. Apapun itu, jawaban
dan saran pak polisi saat itu adalah yang kami tunggu-tunggu: lumayan, dapat
penginapan gratis, walaupun tidur di bangku kayu atau lantai musholla. Hehe ..)
Yang membuatnya seolah-olah baru ‘semarak’ akhir-akhir
ini adalah media massa. Terutama televisi, koran, media online. Plus, media
sosial berbasis internet—yang telah terbukti mampu menyebarluaskan informasi; terlepas
dari akurat/tidaknya info yang disebarkan. Frekuensi penayangan topik di media
massa membentuk realitas tersendiri di benak khalayak, membentuk persepsi, dan
akhirnya mewarnai pembicaraan mereka dalam aktivitas harian mereka.
Begitupun batu akik. Mahalnya batu akik itu nggak ada
patokan pastinya—kecuali kegemaran orang dan kerelaannya untuk membayar tinggi.
Ingat ikan louhan? Binatang itu pernah mengalami nasib serupa beberapa tahun
lalu. Tumbuhan gelombang cinta juga. Sampai-sampai orang rela menjual sapinya
untuk beralih usaha ke beli-jual gelombang cinta. Bagi yang pesimis atau tidak
berminat saat itu, terkadang yang terucap senada ini: dulu duitnya berubah jai
sapi, lalu sapinya berubah jadi gelombang cinta, ntar gelombang cinta berubah
jadi sampah.
Batu akik bukan sejenis barang kebutuhan pokok. Di tingkatan
kebutuhan, posisinya sama dengan ikan louhan dan gelombang cinta beberapa tahun
silam.
Begal motor bukan jenis kejahatan baru. Sudah sejak
lama membegal motor menjadi salah satu cara mencari uang untuk membeli minuman
keras dan/atau narkoba. Kalau sekarang orang sadar dan mau bersama-sama
berkonvoi untuk mengurangi risiko dibegal, saya turut bersyukur. Setidaknya, pengalihan
isu [oleh media] dari pelemahan KPK ke fenomena kriminal ecek-ecek itu membuat
orang (khususnya para pesepeda motor) jadi menyediakan waktu untuk mencari
teman, bersosialisasi dengan sesama pesepeda motor.
Semoga kita tidak lupa untuk menyelamatkan KPK, supaya
kita punya lembaga yang bisa mengatasi apatisme kita terhadap pemberantasan
korupsi di negeri kaya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
di sini boleh komen