Senin, 02 Agustus 2021

Sains dan Tuhan

Banyak saya jumpai di ruang-ruang diskusi, terutama di media sosial berbasis internet, dikotomi antara sains dan agama. Banyak yang menganggap keduanya adalah dua perkara yang berbeda. Ada yang bilang, keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan dengan sains.  DI sisi lain, ada yang mengklaim sains bersumber dari ajaran agama dan bukti tertulisnya adalah ayat-ayat dalam kitab suci.

Saya memahami sains dan Tuhan seperti ini:

Beberapa dekade yg lalu, tak secuilpun terbersit dalam imajinasi warga suku primitif di Afrika tentang besi yg bisa terbang. Kalaupun ditanya opininya tentang besi yg bisa terbang, jawab mereka ya nggak mungkin ada. Karena pengetahuan mereka belum mencapai itu. Karena pengalaman mereka cuma sebatas desa mereka dan hutan di sekitarnya.

Sedangkan pada saat yg bersamaan pesawat terbang sudah menjadi angkutan umum di beberapa negara.

Dan memang, besi terbang itu bukan nggak ada. Hanya saja warga suku primitif Afrika yg itu belum tahu.

Itu hanya perbedaan level pengetahuan dan logika aja. Antara warga suku primitif dan warga negara yg sudah duluan maju. Antara manusia (dengan sains-nya) dan Tuhan (dgn segala kualitasNya) juga berbeda level pengetahuan dan logikanya. Hanya saja, tampaknya perbedaan antara keduanya tu joaaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhh banget.