Rabu, 11 Oktober 2023

Agama dan Akal

 

"Mengapa dalam beragama tidak boleh menggunakan akal? Hanya iman dan kepercayaan yang utama. Itu pernah saya dengar dalam ceramah."


Itu 👆🏼 sebuah pertanyaan yang kudapati di suatu forum. Dan aku menjawabnya ... dengan substsnsi seperti ini 👇🏻

Pernah mendengar ini: dalam beragama GUNAKAN KEYAKINAN, JANGAN AKAL.

Kamu pernah dengar hal semacam itu?

Aku ingin menuliskan opiniku tentang itu.

Akal adalah pembeda utama manusia dari spesies lainnya (di dunia tampak ini). Kalau betul manusia adalah ciptaan Tuhan, pasti akal itu bagian dari desain Tuhan; Tuhan berikan itu kepada manusia. Lalu apa iya Tuhan melarang makhluk ciptaan-Nya itu menggunakan pemberian-Nya?

Tentang diutamakannya iman (dan kepercayaan, katamu) itu bagiku bisa dipahami. Tapi akal juga harus digunakan.

Tapi aku punya ide tentang kenapa akal tidak bisa digunakan sebagai patokan yang utama dan mutlak.

Teknologi semakin canggih. Nggak pernah berhenti berkembang. Karena ilmu pengetahuan manusia terus berkembang. Nonstop. Tiap hari, bahkan mungkin tiap menit, manusia menemukan ilmu baru atau hasil pengembangan baru dari yang sudah ada. Betulkah begitu?

Well, kalau betul begitu, berarti akal juga [masih bisa] terus berkembang. Kan? Artinya, belum final. Belum sempurna. Belum menjawab semua masalah. Belum mengungkap semua misteri. Belum mahatahu. Kan?

Akalku berkembang dari hari ke hari. Itu yang aku lihat/rasakan selama ini. Semoga benar begitu. Sayangnya aku sama sekali tidak tahu masih ada berapa juta atau triliun hari di dunia dan peradaban manusia ini yang masih akan terjadi. Itu membuatku benar-benar mengakui bahwa sampai saat ini [daya] akalku masih sangat-sangat-sangat terbatas … karena baru berkembang beberapa ribu hari saja—dibanding entah berapa juta atau triliun hari yang masih akan ada.

Itulah alasan aku tidak menuhankan akal, meskipun aku selalu berusaha mencari penjelasan yang masuk akal. Meskipun mencari penjelasan yang masuk akal itu kuyakini sebagai sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dilakukan oleh manusia (jika memang manusia itu ciptaan Tuhan).

Kalau ada sesuatu yang bagiku tak masuk akal, aku memilih berpikir bahwa akalku memang belum sampai ke level itu berkembangnya. Termasuk ketika melihat emak-emak naik metic sein kanan tapi belok kiri.