Selasa, 13 September 2022

Pembatasan Pembelian Pertalite; KENAPA TIDAK DIDAFTAR SENDIRI SAJA?

Apakah membatasi konsumsi BBM memang pilihan bagus? Well, membatasi konsumsi, apapun itu, sepertinya memang bagus. Karena boros itu tidak baik.

Tapi, daripada mengharuskan orang untuk mendaftarkan [diri dan] kendaraannya sebagai syarat untuk membeli pertalite, kenapa nggak Pertamina saja yang menginventarisir sendiri konsumen pertalite-nya?

Yang sudah terjadi, Pertamina membuat aplikasi—dan menyediakan laman internet—bagi konsumen untuk mendaftarkan mobil mereka sebagai syarat untuk bisa membeli pertalite kelak. Hasilnya, dengan sosialisasi yang entah bagaimana, dalam dua bulan pertama hanya satu jutaan pemilik kendaraan mendaftar—dari populasi sekitar 33 jutaan.

Cara itu memang tidak praktis. Masih banyak pemilik mobil atau sopir yang gaptek. Atau fakir paket internet. Atau tidak semua wilayah negeri ini terjangkau oleh koneksi internet yang tidak menjengkelkan. Atau ogah ribet—tapi tetap mau pertalite. Atau entah faktor apa.

Kenapa tidak Pertamina sendiri saja yang mendata konsumennya? Tentu saja, kalau negara ini memberlakukan integrasi data. Atau setidaknya interkoneksi data. Atau entah apa namanya.

Begini Cara Kerjanya (dalam khayalanku):

Aku bawa mobil ke pom bensin. Di sana ada petugas yang standby dengan gadget atau scanner atau sejenisnya, yang membuat nomor plat mobilku langsung ter-entry di sistem mereka, dan langsung memunculkan data-data terkait mobilku itu. Entah data dari korlantas atau dari mana, bersambung dengan data [dan profil pemilik yang “ditarik”] dari dukcapil dan lain-lain yang relevan. Sekali lagi, itu kalau negara ini memberlakukan integrasi data. Atau setidaknya interkoneksi data. Atau entah apa namanya.

Lalu, dengan sejumlah data itu, sistem mereka langsung mengkategorikan mobilku itu berhak membeli pertalite atau tidak.

Atau, setidaknya diterbitkan QR code dulu untuk disematkan di mobilku. Mungkin sistem Pertamina perlu menganalisa profilku dulu, dan itu makan waktu beberapa jam atau beberapa hari yang tidak mungkin ditunggu atau berpotensi membuat antrean berkepanjangan. Mungkin pada kunjungan berikutnya [ke pom bensin manapun di wilayah NKRI yang ber-merk Pertamina] baru aku memperoleh kepastian boleh tidaknya aku membeli pertalite. Tetapi, hari itu aku tetap dapat dan dilayani membeli pertalite dulu—sebelum ada keputusan boleh atau tidaknya.

Kalau saja ...