Rabu, 26 Oktober 2016

Detox? Apa itu? Penting?



Kalau kalian pernah membuka media sosial dan mendapati ada yg promo produk kesehatan (atau yg sedang berbagi info berguna seperti ini), kalian pasti dengar istilah “detoksifikasi” ….atau sering disingkat jadi “detox”.

Tau apa itu detox?

Detox tuh reaksi tubuh gak sehat ketika menerima asupan (makanan/minuman) sehat. Reaksi itu adalah hasil dari rangkaian kerja: dari menangkap basah, memborgol, menggelandang hingga mendeportasi sampah dari dalam tubuh kita. Simpel, kan?
Reaksi tubuh gak sehat. Kalau tubuh sehat ya nggak ada detox.

Tubuh yg sehat tu yg gimana? Yaitu tubuh yg nggak menyimpan sampah. Ini bukan sampah yg kita setor ke septic tank tiap pagi, tapi sampah yg mudah tertinggal di dinding usus, pembuluh darah, dan juga di dalam sel-sel tubuh kita sehingga mereka berubah sifat alias nggak normal nggak optimal.

Kenapa bisa ada sampah begituan di usus dan pembuluh darah kita? Karena kita makan, minum dan bernapas. Makanan, minuman dan udara adalah pembawa sampah-sampah itu, dan kita seringkali terlalu sibuk untuk menyaringnya.

Oke, kembali ke detox.

Bagaimana kita tau tubuh kita mengalami detox atau enggak?

Kalau kita makan/minum barang bagus lalu kita merasa ada yg gak beres, itulah detox. Yup, detox bisa berupa pusing, mual, buang air, pegal-pegal, keringat ekstra bau, dll. Tergantung berapa banyak dan di titik mana sampah itu kongkow di dalam tubuhmu.

Mm … selalu ada detox, ya? Memangnya detox tu penting banget gitu?

Well, kalau mau simpan sampah ya silakan aja. Paling-paling risikonya kan penyakitan, hari-hari gak nyaman bodi, atau mentok-mentoknya mati sengsara. Dijamin, seburuk apapun penyakit, semua akan tak terasa lagi setelah pemiliknya mati. 

Kalau mau tubuh jadi bersih dan sehat ya harus keluarkan sampah-sampah itu.
Detox tuh prosesnya lama, nggak? Ya, tergantung seberapa banyak sampah yg ada, seberapa banyak “pekerja” detox-nya, dan seberapa jossnya “pekerja” detox itu melakukan tugasnya.

Kabar gembiranya, ada banyak ragam cara detox. Tinggal pilih yg nyaman aja. Bisa dgn makan buah dan minum jus buah selama 5 hari dilanjutkan dengan minum air putih seharian penuh—tanpa konsumsi apapun selainnya.

Bisa juga dgn gurah. Tau gurah? Coba tanya google. Intinya, gurah tu memasukkan sesuatu ke dalam tubuh, dan sesuatu itu akan bekerja menguras sampah dari dalam tubuhmu. Ada jenis gurah yg mengharuskan pasiennya harus rela berpasrah diri tengkurap selama beberapa jam untuk membiarkan sampah-sampah mengalir keluar melalui hidung. Kalau kamu jenis orang yg gak sabar membiarkan ada ingus mengintip dari lubang hidungmu, mungkin kamu kurang sabar jg dgn detox yg satu ini.

Atau, mau detox yg sederhana, menyenangkan dan hasilnya memuaskan? Hah, selalu berharap ada paket sempurna, ya?

Well, paket itu memang ada. Dan gampang dijalani. Cukup dgn minum milagros, sehari 3 botol. Berapa hari? Tergantung seberapa banyak sampah yg kamu punya dan mau keluarkan. Kalau masih sayang sampahmu, ya usahakan jangan sampai dikuras habis oleh milagros. Hehe ..

Senin, 03 Oktober 2016

Bumi itu Datar?



Beberapa waktu lalu ramai postingan tentang bumi datar (flat earth). Itu sebuah teori yang menentang teori, pemahaman dan ilmu pengetahuan yang selama ini kita kenal, yaitu yang menyebutkan bahwa bumi ini berbentuk bulat seperti bola (globe—dan kemudian kita sebut saja ini kubu globe earth).
Banyak lucunya argumen-argumen para penganut teori bumi datar itu. Dengan logika sederhana saja saya mencerna lucunya. Karena saya cukup malas untuk mencari dalil-dalil ilmiah untuk merasakan kelucuan—dan kekeliruan—teori tersebut.

Misalnya, bumi itu datar. Buktinya, tiap kita memandang cakrawala (batas laut dan langit) yang terlihat adalah garis datar. Kalau bumi itu bulat dengan diameter sekian, berarti setiap sekian kilometer akan ada kelengkungan sebesar sekian sentimeter. Begitu argumen teori bumi datar. Anehnya, di sisi lain mereka menggunakan perspektif sebagai keterbatasan indera pandang manusia untuk membela diri dari pertanyaan kenapa kapal yang datang dari semudera luas itu kelihatan puncak layarnya duluan ketimbang bodinya. Lha, keterbatasan itu apa tidak berlaku untuk pandangan kita pada kelengkungan bumi, ya? Memangnya jarak dari tempat tepi pantai ke cakrawala itu seberapa? Lalu, dari jarak segitu, lengkungan sekian sentimeter itu harus terlihat, begitu?

Yang aku kasihan fitnahnya pada orang-orang berjasa besar yang sudah meninggal seperti Nicola Tesla, Isaac Newton, Galileo, dll. Para penganut teori bumi datar itu bilang nggak ada yang namanya gravitasi. Mereka bilang, benda-benda jatuh itu karena berat jenis. Saya memang tidak bisa membuktikan atau mengukur yang mereka sebut gravitasi, elektromagnet atau apapun itu. Tetapi, mendengar itu saya masih bertanya, “Lalu kenapa jatuhnya ke bawah?” Tak ada penjelasan untuk pertanyaan sederhana itu.

(Kalau elektromagnet bumi lebih kuat sehingga menarik apapun kepadanya (ke arah bawah), maka seharusnya paku yang kita letakkan di permukaan meja tidak akan memilih untuk menempel ke magnet yang kita dekatkan—karena tarikan elektromagnet bumi—dari bawah—pasti jauh lebih kuat.)

Mereka juga bilang kalau matahari itu nggak jauh, dan menyinari secara lokal saja. Aku jadi ingat salah satu kartun favorit di tipi. Dulu aku suka menontonnya di RTV. Di kartun itu pernah ditampilkan adegan matahari jatuh sehingga dunia tempat para tokoh bertingkah-polah itu jadi gelap gulita. Matahari kok jatuh? Ya, mataharinya berbentuk seperti lampu meja atau lampu belajar gitu (dengan kap), hanya saja ukuran dan intensitas terangnya bisa bikin dunia kartun itu terang benderang.

Atau, dalam serial kartun Gazoon, sesekali duo-jerapah sedang enak-enaknya berjalan-jalan, lalu tahu-tahu kepala mereka terantuk bulan. Kadang-kadang para jerapah itu dendam kepada sang bulan, atau mungkin sesekali karena sedang ingin cemilan, mereka gigit dan makan itu bulan—persis seperti mereka merenggut dan memakan dedaunan dari pucuk pohon. Well, bagi para penganut teori bumi datar mungkin film kartun yang satu ini juga bukti bahwa matahari dan bulan tidak sejauh yang kita pahami selama ini, dan bahwa kubah langit (firmanent) itu benar-benar ada.