Senin, 03 Oktober 2016

Bumi itu Datar?



Beberapa waktu lalu ramai postingan tentang bumi datar (flat earth). Itu sebuah teori yang menentang teori, pemahaman dan ilmu pengetahuan yang selama ini kita kenal, yaitu yang menyebutkan bahwa bumi ini berbentuk bulat seperti bola (globe—dan kemudian kita sebut saja ini kubu globe earth).
Banyak lucunya argumen-argumen para penganut teori bumi datar itu. Dengan logika sederhana saja saya mencerna lucunya. Karena saya cukup malas untuk mencari dalil-dalil ilmiah untuk merasakan kelucuan—dan kekeliruan—teori tersebut.

Misalnya, bumi itu datar. Buktinya, tiap kita memandang cakrawala (batas laut dan langit) yang terlihat adalah garis datar. Kalau bumi itu bulat dengan diameter sekian, berarti setiap sekian kilometer akan ada kelengkungan sebesar sekian sentimeter. Begitu argumen teori bumi datar. Anehnya, di sisi lain mereka menggunakan perspektif sebagai keterbatasan indera pandang manusia untuk membela diri dari pertanyaan kenapa kapal yang datang dari semudera luas itu kelihatan puncak layarnya duluan ketimbang bodinya. Lha, keterbatasan itu apa tidak berlaku untuk pandangan kita pada kelengkungan bumi, ya? Memangnya jarak dari tempat tepi pantai ke cakrawala itu seberapa? Lalu, dari jarak segitu, lengkungan sekian sentimeter itu harus terlihat, begitu?

Yang aku kasihan fitnahnya pada orang-orang berjasa besar yang sudah meninggal seperti Nicola Tesla, Isaac Newton, Galileo, dll. Para penganut teori bumi datar itu bilang nggak ada yang namanya gravitasi. Mereka bilang, benda-benda jatuh itu karena berat jenis. Saya memang tidak bisa membuktikan atau mengukur yang mereka sebut gravitasi, elektromagnet atau apapun itu. Tetapi, mendengar itu saya masih bertanya, “Lalu kenapa jatuhnya ke bawah?” Tak ada penjelasan untuk pertanyaan sederhana itu.

(Kalau elektromagnet bumi lebih kuat sehingga menarik apapun kepadanya (ke arah bawah), maka seharusnya paku yang kita letakkan di permukaan meja tidak akan memilih untuk menempel ke magnet yang kita dekatkan—karena tarikan elektromagnet bumi—dari bawah—pasti jauh lebih kuat.)

Mereka juga bilang kalau matahari itu nggak jauh, dan menyinari secara lokal saja. Aku jadi ingat salah satu kartun favorit di tipi. Dulu aku suka menontonnya di RTV. Di kartun itu pernah ditampilkan adegan matahari jatuh sehingga dunia tempat para tokoh bertingkah-polah itu jadi gelap gulita. Matahari kok jatuh? Ya, mataharinya berbentuk seperti lampu meja atau lampu belajar gitu (dengan kap), hanya saja ukuran dan intensitas terangnya bisa bikin dunia kartun itu terang benderang.

Atau, dalam serial kartun Gazoon, sesekali duo-jerapah sedang enak-enaknya berjalan-jalan, lalu tahu-tahu kepala mereka terantuk bulan. Kadang-kadang para jerapah itu dendam kepada sang bulan, atau mungkin sesekali karena sedang ingin cemilan, mereka gigit dan makan itu bulan—persis seperti mereka merenggut dan memakan dedaunan dari pucuk pohon. Well, bagi para penganut teori bumi datar mungkin film kartun yang satu ini juga bukti bahwa matahari dan bulan tidak sejauh yang kita pahami selama ini, dan bahwa kubah langit (firmanent) itu benar-benar ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

di sini boleh komen