Rabu, 09 Desember 2015

Membawa Milagros Via Bandara


Sponsorku di milagros adalah seorang stokis. Tapi ia di kampung kelahiranku, berseberang laut dari kampung tempat tinggalku sekarang. Jadi, meskipun aku berada di dalam jaringannya, aku tidak belanja darinya.

Ternyata milagros sudah tersebar ke mana-mana se-Indonesia. RDC (regional distribution center)-nya ada di Cimahi, Cibinong, Tangerang, Surabaya, Medan dan Kupang. Stokisnya apalagi. Waktu itu sudah 400 orang lebih, bertebaran di sepanjang nusantara: Aceh sampai Papua. Di provinsi tempat tinggalku, Kalsel, juga sudah ada beberapa.

Tapi, sebelum aku membeli di stokis Kalsel, aku ingin membawa sendiri. Kumasukkan satu dus milagros yang masih terbungkus plastik ke dalam koper besar, kuapit dengan pakaian. Harus benar-benar rapi agar botol-botol berisi air itu bisa tersangga dengan baik—untuk ‘menghadapi’ handling bagasi dan menghindari kebocoran. Sebelum hasil packing-ku itu ‘menghadapi’ kejamnya handling bagasi, aku terlebih dahulu harus menghadapi pemeriksaan petugas bandara. Yup, aku dipanggil untuk membuka koper berisi pakaian dan 12 botol cairan itu.

Seorang petugas menyuruhku membuka koper. Seorang lagi geleng-geleng melihatku mengangkat pakaian-pakaian yang terlipat itu beberapa lembar demi beberapa lembar, memindahkan dan meletakkannya dengan hati-hati tanpa mengubah bentuk lipatannya. “Rapi banget ya packing-nya,” komentarnya. “Memang harus rapi supaya bisa muat semua,” jawabku sambil pasang senyum tanpa dosa.

Ketika bagian atas dus milagros terlihat, petugas memintaku mengeluarkannya. Kuangkatlah dengan hati-hati, menjaga agar tumpukan pakaian yang mengapitnya tetap membentuk dinding dan space yang ditinggalkan dus milagros tidak menciut. Celakanya, ketika mulai mengangkat itu aku masih belum punya ide argumentasi apapun untuk menjawab jika si petugas tidak mengijinkan si mila masuk bagasi. Kalau hanya air putih, masa sebanyak itu kubawa? Kalau kubilang itu bukan air putih biasa, bagaimana aku membuktikannya? (Ini gara-gara aku tidak memperhatikan demo produknya ketika diperagakan di depanku dua hari sebelumnya)

Pelan-pelan kuangkat dus milagros. Sambil mengincar meja petugas untuk meletakkannya—karena tidak baik jika milagros diletakkan di lantai. Alhamdulillah, begitu tulisan “milagros” di bodi depan dus itu terlihat, aku langsung dapat ide. “Yang merk ini susah betul carinya, Pak, makanya saya bawa,” ucapku langsung tancap tanpa ditanya. Setidaknya, semua petugas yang mendengar ucapanku itu tak satupun yang menyanggah. Berarti mereka memang belum pernah melihat air minum bermerk milagros.

(Kalau saja aku punya waktu, kutunggu hingga mereka selesaikan shift kerja hari itu, untuk kubagi informasi tentang minuman keren ini.)

Aku tetap harus membuka dus itu. Dibantu seorang petugas yang menggunakan pisau cutter. Kupersilakan seorang petugas mengambil salah satu botol. Ia ambil sebuah yang di tengah, ditunjukkan kepada petugas yang pertama menyuruhku membuka koper—yang tampaknya semacam berpangkat lebih tinggi dibanding yang lain. Mereka manggut-manggut melihat air bening dalam kemasan botol cantik bernuansa ungu itu. Lalu mempersilakan aku menata kembali koperku.

Ada yang berencana membawa barang langka via bandara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

di sini boleh komen