Selasa, 08 Desember 2015

Terceburku ke Air Milagros


Dua bulan yang lalu aku mengambil keputusan yang memberiku identitas baru: milagroser. Yup, itu sebutanku sendiri untuk diriku sendiri. Istilah resminya—mungkin—adalah agen milagros. Well, “milagros” itu nama merk, dan sekali ini aku tidak menutup-nutupi penulisannya dengan tanda asterisk.

Aku menemukan nama “milagros” di facebook, menjadi nama belakang akun seorang teman. Yang tampak intens terlihat hampir di setiap kali aku mengakses facebook adalah seorang teman di kampung kelahiranku. (Mungkin tidak lama lagi aku pun menggunakan “milagros” sebagai nama tengah akunku ..hahaha ….)

Akhir September lalu aku mengambil cuti, mengunjungi kampung kelahiranku … dan menemukan botol milagros di meja makan di rumah orang tuaku. Kutanyakan perihal itu, kudapati jawaban bahwa bapakku yang pernah meminumnya dan berhenti dari batuk berkepanjangan yang membuat badannya susut drastis.

(Aku ingat pertama kali mendengar tentang batuk bapakku itu pada Agustus 2012. Saat itu ibuku bilang sudah 3 bulan bapak batuk-batuk. Juni 2013 aku mudik dan mendapati bapakku sudah bukan lagi seseorang berbadan gempal. Ia kurus dan terlihat tua. Kukatakan terlihat tua karena ketika badannya masih gempal berisi banyak orang mengatakan ia selalu terlihat lebih muda dibanding teman-teman seangkatannya. September 2015 ketika aku mengunjunginya lagi, bapakku tampak seperti seorang tua kurus. Tapi tidak lagi batuk-batuk.)

Katanya, dapat milagros dari teman yang kulihat intens ‘promosi’ di facebook itu. Info itu diperkuat oleh kakak perempuanku yang ternyata juga sudah rutin mengkonsumsi air minum alami itu. Ia juga bilang, seorang saudara kami sudah terdaftar sebagai agen.

Ketika bertemu dengan si biang milagros itu, kukatakan aku tertarik. Ia orang yang banyak kerjaan, tapi menyempatkan diri juga untuk datang menemuiku, menjelaskan tentang milagros, tentang produk maupun bisnisnya.

Sebelumnya, aku hanya berniat membelikan untuk bapak ibuku secara rutin. Aku hanya ingin bersepakat dengan si agen milagros itu bahwa di hari-hari kemudian aku ingin bisa menelponnya untuk mengirimkan milagros untuk orang tuaku, dan pembayarannya kutransfer saja. Tapi niat itu langsung berkembang ketika ia bilang bahwa dengan membeli 1 dus milagros (berisi 12 botol @612 ml) seharga Rp 350k aku langsung berhak untuk menjadi agen juga.

Ia juga bilang, setelah menjadi agen, aku bisa membeli 1 dus milagros hanya dengan Rp 300k. Yup, potong Rp 50k. Aku sudah berkomitmen untuk secara rutin membelikan air minum ajaib itu untuk kedua orang tuaku, jadi potongan segitu untuk setiap kali pembelian pasti jauh lebih baik daripada aku tidak mengambil hakku untuk menjadi agen pada pembelian pertamaku.

So, why not? Hari itu, Kamis sore, 1 Oktober 2015, aku hanya berniat membeli 1 dus dulu. Sinyal ponsel sedang lumayan bagus, jadi bisa langsung rergistrasi online dan mengaktifkan aku milagrosku. Tapi tidak. Tidak 1 dus. Aku langsung menambah 2 dus lagi. Karena, dengan satu kartu identitas, milagros mengijinkan kita memiliki 7 akun. Hari itu, sore itu, aku keluar modal 1,05m dan punya 3 akun milagros. Dan aku bisa langsung mengakses virtual office-ku.

Tiga dus di tanganku. Satu untuk orang tuaku, satu untuk mertuaku, dan satu lagi kubawa ke kampung tempat tinggalku.

Senin berikutnya, 5 Oktober 2015, kuterima SMS pemberitahuan dari milagros. Akun kedua dan ketigaku secara keseluruhan membuahkan komisi pertamaku di milagros, sebesar Rp 90k (aslinya Rp 100k, tapi milagros menetapkan aturan potong komisi 10% untuk maintenance virtual office). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

di sini boleh komen