Rabu, 20 Mei 2020

Kacau? Kacau!!


Negara ini kacau? Aku nggak bilang begitu. Setidaknya, nggak perlu bilang begitu; toh semua orang sudah tahu.

Apa sebabnya? Kalau menyalahkan pemerintah, banyak yang melakukannya. Kalau menyalahkan rakyatnya yang terlalu ngeyelan—bahkan sering juga ngeyel dengan alasan ataupun kelakuan yang bodoh.

Salah pemerintah? Karena kebijakan-kebijakannya nggak bijak?

Karena [terkesan] meremehkan bahaya virus corona?

Karena tidak menurunkan harga bensin ketika harga minyak di pasaran dunia anjlok sekalipun?

Karena tanpa bilang-bilang “mencuri” dana dari sebagian besar pelanggan listrik untuk cari muka menggratiskan tagihan bagi pelanggan kelas terbawah?

Karena menaikkan tarif iuran BPJS di saat seluruh lapisan bangsa sedang terkapar oleh pukulan pandemi covid-19? Terlebih lagi karena peraturan menaikkan tarif itu yang sebelumnya sudah dibatalkan oleh MA beberapa bulan yang lalu?

Karena kebijakan ini-itu [seolah] diambil tanpa analisis yang memadai untuk tingkat negara? Dan karena kebijakan ini-itu lebih bersifat reaksioner?

Karena menyuruh orang work from home tapi membiarkan tenaga kerja impor masuk ke negara ini?

Atau karena rakyatnya yang susah diatur dan semaunya sendiri?

Karena tidak betah disuruh di rumah saja.

Karena suka memaksa keluar rumah dengan alasan harus mencari nafkah.

Atau lebih mementingkan tradisi lebaran daripada kesehatan diri dan keluarga?

Karena memanfaatkan tiket penerbangan dan tarif hotel murah gara-gara pandemi?

Karena rakus terhadap bantuan sosial?

Karena yang berkemampuan terlalu asik dengan diri dan keluarganya sendiri, tanpa mau menengok kondisi tetangganya kalau-kalau kelaparan gara-gara menuruti peraturan untuk tetap di rumah?

Entahlah.

Hari ini kampungku, Kabupaten Balangan, resmi merilis informasi bahwa dua penderita covid-19-nya sudah sembuh sehingga daerah ini berstatus zona hijau, itu sudah cukup untuk menjadi alasan yang luar biasa kuat untuk semakin bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

di sini boleh komen