Jika aku masih hidup dan sehat setahun lagi, aku akan
menjadi salah seorang yang sangat beruntung. Aku yakin, hanya beberapa persen
saja—di bawah dua digit, I think—dari populasi bumi yang memiliki keberuntungan
itu.
Keberuntungan yang kumaksud adalah mengalami dan
menyaksikan gerhana matahari total di rumah/kampung sendiri. Juni 1983, aku
tinggal di Jawa Tengah dan mengalami gerhana matahari total. Sialnya, kampanye
menyesatkan yang sangat gencar di era itu membuat banyak orang takut keluar
rumah untuk menyaksikan secara langsung gerhana matahari total yang seharusnya
sangat indah: terjadi saat siang bolong di musim kemarau.
Setahun dari hari ini, insya Allah pada 9 Maret 2016,
kota tempat tinggalku akan memperoleh kesempatan untuk redup sejenak oleh
gerhana matahari total. Tentang keindahannya memang akan kalah dengan yang
edisi Jawa Tengah 1983. Ada tiga faktor yang membuatku mengatakan demikian. Pertama, durasinya lebih pendek, dua
menitan saja. Kedua, bulan Maret itu
musim hujan, sehingga sangat mungkin kesempatan kita terganggu oleh awan. Dan ketiga, terjadinya pagi hari, sekitar
jam 08.31 WITA. Di kota kecil tempat tinggalku, jam segitu tanggal segitu itu
berjarak kurang dari dua jam sejak terbitnya matahari di ufuk Timur. Itu
artinya, hari belum mencapai puncak benderangnya tetapi sudah redup lagi. (Edisi
1983 itu, terik matahari tengah hari siang bolong tiba-tiba lenyap. Waktu
seolah-olah melompat dari dzuhur ke maghrib. Itu berlangsung selama enam menit
sehingga ayam-ayam pun terkecoh untuk segera pulang ke kandang masing-masing.
Para ayam benar-benar bingung saat itu karena belum lagi mereka tidur,
tahu-tahu hari sudah terik lagi.)
Insya Allah, Paringin akan mengalami gerhana matahari
total selama dua menit saja. Tetangga di sebelah Utara lebih beruntung:
mendapat durasi beberapa detik lebih banyak. Sedangkan yang di sebelah
Selatannya, seperti Barabai dan Kandangan, akan mendapatkannya juga walau lebih
singkat.
Maaf untuk teman-teman sesama Kalsel yang di
Martapura, Banjarbaru, Banjarmasin, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru,
sepertinya kalian hanya akan mendapatkan matahari sabit yang masih cukup
menyilaukan pada pagi itu. Yang di Rantau? Sulit mengatakannya. Mungkin dapat
tapi hanya beberapa detik, atau mungkin juga tidak sempat gelap. Kalau mau
menyaksikannya, mending kalian piknik ke Paringin saja. Oke, atau Tanjung.
Catat! 9 Maret 2016. Lebih sip kalau sudah bersiap di
tempat terbuka mulai jam 07.25 WITA, ketika piringan bulan hitam mulai
menyentuh cakram cahaya matahari.
tes komen
BalasHapuskasian ayamnya yok..pa lagi ntar tanggal 9 maret 2016, bru aja bangun dah gelap lagi...wahhhh..
BalasHapuslebih kasian lagi kalo mereka belum sempat sarapan ... terpaksa ditunda sampai hari terang lagi.
HapusThanks sudah baca n komen :)
Beruntunglah sy krn waktu melandau lebih panjang, ahahaa.
BalasHapus