Senin, 09 Maret 2015

Gerhana Matahari Total [Lagi]


Jika aku masih hidup dan sehat setahun lagi, aku akan menjadi salah seorang yang sangat beruntung. Aku yakin, hanya beberapa persen saja—di bawah dua digit, I think—dari populasi bumi yang memiliki keberuntungan itu.

Keberuntungan yang kumaksud adalah mengalami dan menyaksikan gerhana matahari total di rumah/kampung sendiri. Juni 1983, aku tinggal di Jawa Tengah dan mengalami gerhana matahari total. Sialnya, kampanye menyesatkan yang sangat gencar di era itu membuat banyak orang takut keluar rumah untuk menyaksikan secara langsung gerhana matahari total yang seharusnya sangat indah: terjadi saat siang bolong di musim kemarau.

Setahun dari hari ini, insya Allah pada 9 Maret 2016, kota tempat tinggalku akan memperoleh kesempatan untuk redup sejenak oleh gerhana matahari total. Tentang keindahannya memang akan kalah dengan yang edisi Jawa Tengah 1983. Ada tiga faktor yang membuatku mengatakan demikian. Pertama, durasinya lebih pendek, dua menitan saja. Kedua, bulan Maret itu musim hujan, sehingga sangat mungkin kesempatan kita terganggu oleh awan. Dan ketiga, terjadinya pagi hari, sekitar jam 08.31 WITA. Di kota kecil tempat tinggalku, jam segitu tanggal segitu itu berjarak kurang dari dua jam sejak terbitnya matahari di ufuk Timur. Itu artinya, hari belum mencapai puncak benderangnya tetapi sudah redup lagi. (Edisi 1983 itu, terik matahari tengah hari siang bolong tiba-tiba lenyap. Waktu seolah-olah melompat dari dzuhur ke maghrib. Itu berlangsung selama enam menit sehingga ayam-ayam pun terkecoh untuk segera pulang ke kandang masing-masing. Para ayam benar-benar bingung saat itu karena belum lagi mereka tidur, tahu-tahu hari sudah terik lagi.)

Insya Allah, Paringin akan mengalami gerhana matahari total selama dua menit saja. Tetangga di sebelah Utara lebih beruntung: mendapat durasi beberapa detik lebih banyak. Sedangkan yang di sebelah Selatannya, seperti Barabai dan Kandangan, akan mendapatkannya juga walau lebih singkat.

Maaf untuk teman-teman sesama Kalsel yang di Martapura, Banjarbaru, Banjarmasin, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru, sepertinya kalian hanya akan mendapatkan matahari sabit yang masih cukup menyilaukan pada pagi itu. Yang di Rantau? Sulit mengatakannya. Mungkin dapat tapi hanya beberapa detik, atau mungkin juga tidak sempat gelap. Kalau mau menyaksikannya, mending kalian piknik ke Paringin saja. Oke, atau Tanjung.

Catat! 9 Maret 2016. Lebih sip kalau sudah bersiap di tempat terbuka mulai jam 07.25 WITA, ketika piringan bulan hitam mulai menyentuh cakram cahaya matahari.

4 komentar:

  1. kasian ayamnya yok..pa lagi ntar tanggal 9 maret 2016, bru aja bangun dah gelap lagi...wahhhh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. lebih kasian lagi kalo mereka belum sempat sarapan ... terpaksa ditunda sampai hari terang lagi.
      Thanks sudah baca n komen :)

      Hapus
  2. Beruntunglah sy krn waktu melandau lebih panjang, ahahaa.

    BalasHapus

di sini boleh komen