Senin, 02 Maret 2015

Kenapa Ngeblog


Jaman blog sedang booming belasan tahun silam, saya memang nggak ikut-ikutan bikin ngeblog. Juga ketika frenster booming. Jangan bilang saya ini pribadi yang kuat dan nggak gampang terbawa arus atau tren. Mungkin lebih tepat karena saya ini gaptek.


Waktu kenal facebook, saya langsung tertarik dan join karena berpikir di situ sudah mencakup banyak fitur yang sebelumnya tersebar di media-media sosial. Di facebook itu bisa pasang status dan langsung dikomentari. Jadi terasa banget lebih interaktifnya. Di situ juga bisa chatting, kirim pesan yang orang lain nggak bisa lihat (via inbox, yang menurutku saat itu bisa jadi pengganti email dan SMS), bisa berbagi foto [dan kemudian video juga], bisa bikin artikel dan dibagikan ke teman-teman, membatasi siapa yang bisa baca dan komen maupun membebaskannya untuk dibaca semua orang, juga bisa. Apalagi, di situ juga bisa posting tulisan. Wah, jadi gak usah lagi bikin blog, tulisan bisa ku-posting di facebook, pikirku saat itu.
Tapi memposting tulisan di facebook ternyata terasa masih kurang. Padahal saya nggak sering-sering nulis juga. Ini pasti gejala keserakahan yang sangat jelas.

Lalu saya join dengan blog keroyokan, yaitu semacam blog yang bukan milik pribadi. Konkretnya, saya join di kompasiana dan b2w-indonesia. Puas? Tidak. Ternyata saya minder di kompasiana, karena sering kali saya ingin menulis hal-hal nggak bermutu nan remeh-temeh, dan merasa kasihan pada para kompasioner kalau mereka harus terecoki oleh postingan nggak penting itu. Dengan kata lain, saya merasa tidak bebas memposting tulisan di sana—padahal itu benar-benar hanya halusinasi saya, karena tidak pernah ada yang melarang saya memposting tulisan apapun di sana.

Di b2w-indonesia, saya lumayan menikmati menulis dan memposting. Walaupun temanya dibatasi sekitar bersepeda, tetapi nafsu menulis lumayan dapat pelampiasan di sana. Sayangnya, entah kenapa situs itu nggak lagi bisa diakses sejak entah kapan menjelang 2015.
Lhoh? Kalau menulis dan posting bebas sebebas-bebasnya itu bukannya sudah diakomodir oleh facebook? Iya, di sana saya bebas memposting hasil ketak-ketik saya. Juga, bisa saya setting siapa-yang-bisa-membacanya. Topiknya bebas semau saya.

Masih kurang puas juga. Artinya, gejala keserakahan saya makin kuat.

Jadi, sekarang kenapa bikin blog? Sederhana saja. Saya melihat penyimpanan artikel di blog lebih rapi ketimbang di facebook.

Tapi kan di blog harus aktif mempromosikan supaya dibaca orang? Beda di facebook, yang sewaktu posting langsung terpasang di wall-wall orang—bahkan saya nggak perlu pakai urus perijinan.

Hambuh lah! Saya hanya ingin punya tempat di mana saya bisa menyimpan tulisan apa saja, yang paling nggak mutu sekalipun. Boleh?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

di sini boleh komen